Beranda Berita Terkini Jeruk Limau Menggiurkan

Jeruk Limau Menggiurkan

BERBAGI
Iskandar Purnomo Hadi
Iskandar Purnomo Hadi
Iskandar Purnomo Hadi (Pemred beritatangsel.com)

Awalnya hanya obrolan santai mengisi ruang istirahat siang di Warung Kopi     Mba Ira Taman Kota 2 Setu, Kota Tangerang Selatan. Ditemani sepoi angin Taman Kota membuat obrolan semakin gayeng. Udara yang menyengat di luar  sana lenyap seketika disapu kerling Pedagang Kopi Cantik.

Namun pada akhirnya saya begitu terkejut tatkala kawan saya, Hidayat dari Budpar Tangerang Selatan (Tangsel) menceritakan bahwa Tangsel membutuhkan sedikitnya 7 ton jeruk limau setiap hari. Bukan hanya jeruk limau yang membuatku sedikit ternganga, ternyata banyak potensi ekonomi di sini yang belum diberdayakan secara maksimal, sebut saja cabe, kroto, hingga ikan basah atau ikan air tawar.

Tidak ingin mengajari ‘Bebek Berenang’ tapi harus diakui bahwa Disperindag Tangsel kurang kreatif. Banyak potensi usaha yang belum tergali dengan baik karena kurangnya sosialisasi dan promosi. Selalu jawabnya, “Kita selalu bisa memenuhi kebutuhan pasar, meski pasokannya dari luar Tangsel.”

Lho, kenapa harus dari luar tangsel?

7 ton setiap hari itu bukan angka yang kecil. 7 ton sama dengan 7.000 kilogram. Harga jeruk limau di pasar Rp 20.000 perkilogram, dikalikan 7.000 maka akan ketemu Rp 140.000.000 perhari. Jika dikalikan 30 hari (1 bulan) maka diperoleh angka Rp 4.200.000.000. Omset jeruk limau di Tangsel Rp 4,2 M perbulan, wawwwwwww. Menggiurkan.

Lalu untuk apa saja Tangsel butuh jeruk limau sebanyak itu?

Kalau kita JJS (jalan-jalan sore) di Tangsel sekira jam-jam lima sore maka akan nampak pemandangan dihadapan kita deretan pedagang kaki lima (PKL) menghiasi sepanjang jalan hampir di seluruh Kota Tangerang Selatan, yang menjual berbagai macam kuliner dan jajanan. Di sana ada pecel lele, sate ayam, sate kambing, sop iga, sop kaki, soto, somay, seafood, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Baca Juga :  No Bra Day 13 Oktober : Hari Tanpa Bra Bukan Pamer Payudara

Kuliner tersebut di atas, baik yang di kaki lima maupun yang di mal-mal, semua membutuhkan jeruk limau untuk bumbu sambalnya hingga untuk pembersih tangan penghilangh bau amis. Sebuah fakta dan ide sederhana mengapa jeruk limau banyak dibutuhkan di Kota Tangerang Selatan ini.

“Sejauh ini jeruk limau Tangsel sebagian besar dipasok dari Tangerang, Depok, Bogor, dan sekitarnya. Pertanyaannya, kenapa harus dari luar kalau dari Tangsel sendiri bisa.”

Bagaimana caranya?

Banyak alasan untuk menjelaskan hal itu. Pertama, disadari atau tidak, kita mengetahui bahwa

banyak petani penggarap yang terpaksa harus alih profesi karena lahan garapannya berubah menjadi perumahan elit. Mereka terpaksa harus beralih ke profesi yang sebenarnya tidak menjadi keahliannya.

Kedua, di Tangsel banyak sekali lahan yang bisa disulap menjadi lahan produktif, misalnya fasos-fasum, bantaran sungai, dan ruang kosong milik warga. Daripada lahan kita hanya ditanami pucuk merah dan ilalang, lebih baik diganti dengan tanaman produktif.

Ketiga, kalau potensi jeruk limau ini dikelola dan dipasok sendiri oleh pemerintah Tangsel, maka Rp 4,2 M perbulan sudah mampu mensejahterakan petani Tangsel.

Keempat, yang seperti ini harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Lahan yang tidak produktif diberdayakan menjadi produktif. Yang petani dikembalikan pada profesinya sebagai petani.

Sederhanya, kalau lahan-lahan tersebut diberdayakan untuk budidaya jeruk limau maka akan ada beberapa keuntungan yang dapat diraup sekaligus. Pertama, Pemerintah Tangsel maupun pengembang tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan fasos dan fasum karena sudah dirawat oleh petani. Kedua, petani kembali memperoleh pekerjaannya. Ketiga, Tangsel tidak perlu mengandalkan pasokan jeruk limau dari luar, karena jeruk limau di Tangsel sudah melimpah.

Baca Juga :  Kabar Duka Aktor Komedian Rony Dozer Meninggal Dunia

Jeruk limau berbuah sepanjang musim. Jika produksi jeruk limau Tangsel melimpah maka Tangsel tidak saja swasembada jeruk limau tapi juga bisa mensuplai kebutuhan pasar wilayah tetangga, seperti Kota Tangerang dan Jakarta. Jeruk limau bahkan bisa menjadi ‘ikon’ Tangsel.

Menjelang pukul satu siang saatnya kembali bekerja dan bersiap menghadapi sengatan matahari, Tangsel ternyata masih cukup panas. Mudah-mudahan, obrolan yang singkat mampu memberi harapan dan memberikan rasa sejuk bagi sebagian masyarakat Tangsel.