Beranda Berita Photo Manfaat Paprika Merah bagi Kesehatan

Manfaat Paprika Merah bagi Kesehatan

BERBAGI
Paprika merah

 

Paprika merah
Paprika merah

BT.com – Paprika merah adalah salah satu dari banyak jenis cabai yang ada. Kita mengetahui bahwa cabai mengandung senyawa bermanfaat yang dikenal dengan capsaicin, yaitu zat yang memberikan rasa pedas atau panas pada mulut. Penting untuk diketahui bahwa kandungan capssaicin berbeda untuk setiap jenis cabe,  dan semakin banyak akan semakin pedas. Capsaicin terkandung didalam membran daging paprika, dan yang paling tinggi konsentrasinya ada pada biji. Buah paprika alami ini bisa digunakan segar atau kering,  sebagai bumbu masakan, ditambahkan ke teh, atau dalam bentuk kapsul untuk memperoleh manfaat obat. Menambahkan paprika kedalam diet harian Anda akan memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.

Advertisement
Seluruh jenis cabai dari genus paprika mengandung banyak gizi. Paprika mengandung vitamin C dan vitamin A dalam jumlah tinggi, dan yang terbaik adalah ketika masih segar. Paprika yang berwarna merah lebih banyak mengandung Capsaicin, daripada ketika dipanen saat masih berwarna oranye dan kuning. Senyawa bioaktif yang bermanfaat lainnya dari paprika adalah flavanoid, alkaloid dan tanin. Dengan demikian paprika memiliki potensi manfaat yang bagus bagi kesehatan jika dikonsumsi. Alkaloid dikenal sebagai senyawa  anti inflamasi, analgesik, dan mungkin juga antioksidan.

Sifat antiinflamasi :
Fitokimia dari paprika menunjukkan hasil respon anti inflamasi, dan terbukti mengurangi nyeri neurogenik perifer seperti yang terkait dengan penyakit Chrohn. Contoh lain dari peradangan neurogenik perifer adalah nyeri pada kulit. Balsem paprika sering digunakan secara topikal ke kulit, dan akan menghasilkan efek rasa panas. Hal ini disebabkan oleh respon inflamasi dari ujung saraf perifer, penggunaan biasa bisa mematikan ujung saraf sensorik dan meringankan rasa sakit. Beberapa ahli mengatakan bahwa efek anti inflamasi capsicum juga bisa membantu untuk mengurangi rasa sakit yang terkait dengan arthritis. Balsem cabe yang panas bisa menjadi pilihan untuk mengobati penyakit akibat radang arthritis dan lainnya.

Baca Juga :  Acara Puncak HUT Polwan ke 68, Polres Tangsel Gelar Syukuran

Memproduksi Lendir :
Paprika juga mengandung tanin, yaitu zat yang banyak dianggap bisa mengobati gangguan pencernaan yang menyebabkan oleh diare dan disentri. Capsaicin akan merangsang pembentukan lendir ketika dicerna dengan cara meningkatkan produksi mucus. Peningkatan lendir pada lambung dan sifat anti inflamasi dari capsaicin bisa memberikan efek yang baik dalam pengobatan penyakit ulkus peptikum. Contoh keandalan capsaicin dalam memproduksi lendir bisa dilihat dari hidung ketika makan banyak paprika.

Sifat kemopreventif :
Efek bioaktif tanin yang terkandung dalam molekul capsicum adalah pencegahan dan pengobatan kanker. Capsaicin dalam paprika telah menunjukkan memiliki efek menghambat yang baik  pada berbagai jenis kanker ganas. Senyawa antitumor ini paling baik untuk mengobati kanker paru dan hati. Efek anti oksidatif capsicum juga menunjukkan kemungkinan untuk pengobatan jenis kanker jenis lain. Efek anti kanker dari capsaicin ditentukan oleh kemampuan bioaktif kimia nabati ini, yang akan menghambat pertumbuhan sel kanker, dan juga menghacurkan struktur sel yang sudah rusak dalam tubuh manusia.

Kardiovaskular :
Studi yang meneliti flavonoid menyarankan bahwa senyawa ini bermanfaat untuk mencegah jantung koroner. Paprika memiliki sifat panas dan vasodilative. Efek dari sifat vasodilative capsaicin dalam paprika adalah bisa meningkatkan hipotensi dan penurunan denyut jantung. Vasodilatasi memungkinkan untuk meningkatkan aliran darah, sehingga oksigenasi keseluruh jaringan organ tubuh menjadi lebih baik. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tachynikins, yaitu bahan bioaktif yang dikenal terdapat pada capsaicin paprika.

Sifat antioksidan :
Banyak senyawa bioaktif adalam capsicum yang memberikan sifat antioksidan.  Peningkatan vasodilatasi juga akan memungkinkan bagi antioksidan untuk bisa beredar dengan baik. Hal ini memungkinkan bagi capsicum untuk memberikan efek yang menguntungkan dalam memperbaiki jaringan protein dan bahkan mungkin DNA. Selain itu, jaringan tubuh yang sehat juga akan menerima perlindungan efek antioksidan dari paprika.

Baca Juga :  KNPI: Pemuda Jangan Lama Di Zona Nyaman

Hipoglikemik :
Dengan prevalensi diabetes di seluruh dunia, pertimbangan paprika atau cabai sebagai obat hipoglikemik telah menimbulkan banyak penelitian. Beberapa studi telah menunjukkan (dan meskipun belum menyimpulkan), bahwa capsaicin dapat merangsang produksi insulin yang menyebabkan glukosa lebih rendah. Hal ini akan menentukan kemungkinan manfaat capsicum untuk mencegah timbulnya diabetes tipe II. Potensi manfaat hipoglikemik yang paling tinggi ketika paprika masih hijau.

Imunologi :
Paprika mengandung vitamin C yang dinilai mendukung fitokimia aktif. Vitamin C memiliki banyak manfaat menguntungkan, terutama untuk mendukung sistem kekebalan tubuh. Hal ini akan membantu memperbaiki jaringan otak yang rusak, mengurangi risiko stres oksidatif, asma, kanker dan meningkatkan kesehatan tulang.

Psoriasis :
Banyak uji klinis yang menunjukkan efektivitas Capsaicin untuk mengobati gejala psoriasis bila diterapkan secara topikal. Penggunaan secara topikal capsaicin menunjukkan efek bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan peningkatan kualitas tidur.

Neuropati pada diabetes :
Sebuah penyakit yang sering menimbulkan jenis nyeri neurogenik adalah diabetes. Capsaicin terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada nyeri neuropatik diabetes bila diterapkan secara topikal. Capsaicin bekerja menghilangkan ujung saraf pada permukaan kulit dan mengurangi rasa nyeri.

Fibromilgia :
Banyak uji klinis yang menunjukkan efektivitas capsaicin  untuk mengobati gejala fibromialgia bila diterapkan secara topikal.

Kulit dan penuaan :
Vitamin yang terdapat dalam capsaicin paprika dan cabe terbukti memiliki efek antioksidan pada jaringan sel, sehingga dapat memperbaiki kulit dan penuaan.

Gejala menopause :
Gejala yang terkait menopause juga bisa dikurangi dengan mengkonsumsi buah yang mengandung flavonoid seperti paprika atau cabai.